Minggu, 23 Maret 2008

Banjir Terus Merendam Jatim

Minggu, 23 Maret 2008 | 02:01 WIB--Bojonegoro, Kompas - Banjir kian mengganggu perekonomian di Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan, Jawa Timur. Sejak Desember 2007, wilayah tergenang banjir dan air surut silih berganti. Akibatnya, ribuan hektar padi berumur 40 hari terendam. Demikian pula tambak penduduk. Masyarakat kehilangan pekerjaan.


Belum sepekan luapan Sungai Bengawan Solo surut, sungai terbesar di Pulau Jawa itu kembali meluap, Sabtu (22/3), dan merendam 80 desa di 14 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro.


Banjir juga menggenangi tujuh desa di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, dan 11 desa di Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, akibat belum tuntasnya perbaikan tanggul yang jebol di Widang.


Tanggul di Dusun Grape, Desa Kanor, dan Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, kembali jebol sepanjang 56 meter. Padahal, baru empat hari lalu tanggul diperbaiki. Dampaknya, ribuan hektar tanaman padi berumur 40 hari terendam. Banjir juga menggenangi kembali permukiman di Desa Piyak, Simbatan, Sarangan, Pesen, dan Kanor.


”Sudah dua kali tanaman padi kami kebanjiran. Pertanian sudah tidak bisa diharapkan,” tutur Karlan, warga di Desa Piyak.


Banjir juga menggenangi 16 titik jalan di Kanor, empat titik di Desa Tambahrejo, dan satu titik di Kedungprimpen. Perekonomian lumpuh. Warga kehilangan pekerjaan.


”Mau mreman (buruh panen atau menggarap sawah) tidak mungkin karena semua sawah kebanjiran,” kata Ngadilan, warga Desa Simbatan.


Air mulai mendekati wilayah perkotaan Bojonegoro, yaitu menyentuh tanggul di Jetak, Ledokkulon, Kauman, dan Banjarjo.


Di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, warga yang baru sepekan kembali ke rumah mengungsi lagi di sepanjang rel atau Jalan Raya Bojonegoro-Padangan, bersama ternak mereka.


Ngali, warga Sukoharjo, mengatakan, setidaknya terjadi tiga kali banjir besar hingga menyentuh rel, yakni pada Desember-Januari lalu, pertengahan Maret, dan minggu ketiga Maret ini. ”Belum termasuk banjir kecil-kecil,” katanya.


Camat Widang Bambang Dwijono menyatakan, sumber petaka di Widang adalah jebolnya tanggul di Tegalrejo dan Simorejo. Perbaikan tanggul baru 45 persen.


Belum tuntasnya perbaikan tanggul di Widang juga menyengsarakan warga Kecamatan Laren, Lamongan. Sawah dan tambak warga 11 desa di kecamatan itu terendam. Tak kurang dari 4.148 rumah kebanjiran. Sejumlah sekolah juga terendam sehingga siswa belajar di tenda pengungsian, masjid, atau rumah penduduk.


Jumat (21/3) pukul 19.00, luapan Sungai Bengawan Solo kembali menggenangi permukiman di Kecamatan Cepu, Kradenan, dan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.


Hujan deras sepanjang Jumat sore dan malam menimbulkan banjir di Jember. Sebanyak 201 rumah penduduk di Desa Wonoasri, Andongrejo, Curahlele, dan Pondokrejo, Kecamatan Tempurejo, tergenang. Seluas 22,5 hektar sawah ikut terendam sehingga padi terancam rusak.


Di Ngawi, Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Ngawi menetapkan status Siaga III banjir sejak Kamis (20/3) menyusul masih tingginya air Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun.


Banjir Riau semakin luas


Banjir di Provinsi Riau yang mulai terjadi pertengahan Maret semakin meluas. Hujan sepanjang Jumat malam sampai Sabtu (22/3) siang dari Pekanbaru, Riau, sampai perbatasan Provinsi Jambi menyebabkan ketinggian air meningkat. Sampai Sabtu siang, Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Pelalawan, Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, dan sebagian Kota Pekanbaru terendam air.


Syahril (35), warga Desa Sengkilo, Kecamatan Kelayang, Kabupaten Indragiri Hulu, Sabtu, mengatakan, ruas jalan dari dan menuju desanya terputus sejak Rabu lalu akibat terendam banjir setinggi lebih dari satu meter.


Hari Sabtu, luapan Sungai Indragiri semakin besar. Tapi, sampai kini belum ada bantuan dari Pemkab Indragiri Hulu.


Di Kabupaten Indragiri Hulu, selain Desa Sengkilo, jalan di Desa Danau Baru, Kecamatan Rengat Barat, dan Desa Kuantan Tenang, Kecamatan Rakit Kulim, juga terputus akibat banjir.


Gubernur Riau Rusli Zainal sebelum mengunjungi lokasi banjir di Kabupaten Kuantan Singingi, Sabtu, mengeluarkan empat instruksi penanganan banjir, yaitu: segera melakukan evakuasi korban, mendistribusikan bantuan, menyiapkan penampungan untuk pengungsi, serta menyediakan obat-obatan.


Data dari Badan Kesejahteraan Sosial Riau, banjir di Indragiri Hulu merendam 38 desa di 8 kecamatan. Diperkirakan, sekitar 3.300 rumah terendam. Di Kabupaten Kuantan Singingi, banjir menyebar di 53 desa di 9 kecamatan dan merendam 5.500 rumah. Di Kabupaten Rokan Hulu sebanyak 2.722 rumah dan di Kabupaten Kampar 523 rumah terendam.


Banjir di Pekanbaru disebabkan meluapnya Sungai Siak, terutama di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir. Sekitar 120 rumah di Perumahan Jatayu di Jalan Nelayan, Rumbai, terendam sampai ketinggian 50 cm.


Hujan yang mengguyur Pekanbaru juga menyebabkan genangan setinggi lutut di Perumahan Damai Langgeng, Kecamatan Tampan. Sabtu sore, genangan air menyurut.


Kawasan persimpangan Tabek Gadang di ruas jalan Pekanbaru- Bangkinang, Sabtu pagi, macet total akibat genangan setinggi 30 cm. Tetapi, siang hari genangan surut dan jalan bisa dilalui kembali.


Martin S, Ketua RT 05 di Perumahan Jatayu, Sabtu, mengatakan, beberapa rumah ditinggal penghuninya mengungsi ke rumah keluarga di luar kompleks. Sebagian keluarga lain masih bertahan di rumah yang memiliki bangunan bertingkat dua. (ACI/SIR/APA/HEN/SAH)


http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.xml.2008.03.23.02014529&channel=2&mn=154&idx=154




Tidak ada komentar: